welcome to my blog,,,, hopefully it all comfortably on my blog and can enjoy it ,,,,,, ,,,,,,, ,,,,,,, thanks,,,,,,,,,,do not forget love comments AKU: Tugas SKI AKU,,,,hehe,,,,,,

Senin, 25 Oktober 2010

Tugas SKI AKU,,,,hehe,,,,,,

Setelah Nabi Wafat, Khulafaur Rasyidinlah yang menggantikan penyiaran dan perluasan islam. Para Khulafaur Rasyidin ada empat yaitu Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai khalifah pertama. Setelah itu Khalifah Umar Bin Khattab,Khalifah Usman Bin Affan, dan yang terakhir adalah Khalifah Ali Bin Abi Tholib. Yang kami bahas pada makalah ini adalah masa pemerintahan Khalifah Ali Bin Abi Tholib.
Ali Bin Abu Tholib adalah putra dari paman Rasulullah dan suami dari putri beliau yaitu Fatimah. Fatimah adalah satu-satunya putri Rasulullah sampai sekarang. Beliau dilahirkan 10 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Sejak kecil Beliau sudah diasuh dan terdidik di dalam rumah tangga Nabi. Hal ini dilakukan Nabi karea beliau ingin membalas budi dan jasa pamannya,Abu Tholib, yang telahmengasuh dan mendidik beliau sejak masa muda ketika kakek Nabi meninggal Dunia. Ali Bin Abu Thalib termasuk orang pertama yang masuk Islam dan menyatakan iman kepada Nabi. Sejak kecil Ali sudah dididik denganadab dan budi pekerti Islam. Tahuan Lidahnya amat Fashih berbicara dan dan dalam hal ini,Ia terkenal ulung. Pengetahuan tentang agama islamnya luas. Dan mungkin karena rapatnya dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang peling banyak meriwayatkan hadis.
Ali adalah pahlawan terkemuka yang terkenal ulung dalam perbagai hal peperangan. Keberanian Ali sangat mewarnai dalam peperangan yang di pimpin oleh Rasulullah,dan beliau selalu ada dalam barisan depan. Hampir pada setiap peperangan yang di pimpin oleh Rasulullah, beliau selalu mengambil bagian didalamnya, bergulat, bergumul dalam perang tanding dan tak takut sedikitpun. Ali sering membuat kemenangan bagi tentara Islam dengan kilatan mata pedangnya yang tajam.
Setelah Khalifah Usman meninggal karena terbunuh di tangan kaum pemberontak, maka suara terbanyak pada penunjukkan khalifah adalah Ali. Mereka segera datang kepada Ali untuk membaiahnya untuk menjadi khalifah. Awalnya hanya orang-orang biasa yang datang untuk mebai’ah Ali dan ada orang-orang yang berpengaruh yang enggan untuk membai’ah Ali. Tetapi tidak ada yang dapat untuk membai’ahan Ali. Akhirnya, Khalifah Ali Bin Abu Thaliblah yang menjadi Khalifah. Dengan memperhatikan suasana pembai,ahan Ali, dapat diambil kesimpulan bahwa pembai’ahan Ali tidak sepenuh hati kaum Muslim. Terutama Bani Umayah, merekalah yang melopori orang-orang yang tidak menyetujui Ali.
Dalam pemerintahan Khalifah Ali Bin Abu Thalib, politik yang dijalankan adalah gambaran pribadi orang itu,yang akan mencerminkan akhlak dan budi pekertinya. Beliau mempunyai watak dan pribadi yang suka berterus terang, bertindak tegas, dan tak suka berminyak air. Beliau tak takut celaan siapapun dalam menjalankan kebenaran. Karena kepribadian itulah, maka Beliau mengeluarkan ketetapan dalam pemerintahannya, antara lain :
1.Memecat kepala-kepala daerah angkatan Khalifah Usman dan digantioleh kepala daerah baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali terpaksa kembali ke madinah. Karena tidak dapat memasuki daerah yang ditugaskan kepadanya1
2.Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan Khalifah Usman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Khalifah Usman kepada siapapun yang tidak beralasan
Banyak kerabat atau pendukung-pendukung Ali yang menasehainya agar menangguhkan kebijakan radkal tersebut,sampai keadan stabil. Tetapi Ali kurang mengindahkannya. Pertama-tama Ali mendapatkan tantangan dari keluarga bani Umayah. Mereka membulatkan tenaga dan bangunlah mu’awiyah melancarkan pemberontakannya memerangi Ali.2
Bisa dikatakan bahwa hampir seluruh alhli sejarah dan ahli ketimuran mencela tindakan Ali dan mengatakan bahwa tindakan Ali tidak bijaksana dan tidak mendapat taufik dalam mengambil kebijkan. Tetapi menurut kami tuduhan itu terlalu berlebihan. Banyak orang yang menerima begitu saja pendapat ini dalam mempelajari seluk beluknya seperti yang terjadi dinegara ini. Seperti Presiden kita yang dianggap tidak bijak dalam pemerintahannya dan masyarakat yang hanya tau kejelekannya tiba-tiba meminta untuk menurunkan Presiden kita saat ini dari jabatannya tanpa mempelajari sedikitpun tentang Politik.
Mari kita coba sedikit berpikir tentang masalah pada masa itu seperti pemecatan dan pergantian pejabat-pejabat. Mungkinkah Khalifah Ali membiarkan pejabat-pejabat yang berbuat aniaya di masa Khalifah Usman bekerja terus. Atau setelah Khalifah Ali setelah menjadi khalifah membiarkan atau menyetujui tindakan Usman memberikan tanah milik Baitul Mal begitu saja kepada kerabatnya tanpa sebab-sebab yang sah. Atau pada masa itu jika pengangkatan Khalifah selain Khalifah Ali, pasti akan lebih banyak masalah dan akan gagal. Jadi mengangkat Khalifah Ali adalah suatu kemestian.
Banyak peperangan yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Ali, dan yang paling besar adalah perangg jamal (Unta) dan peperangan shiffin. Karena Ali tetap bertahan pada prinsip kebijakan-kebijakannya dan kurang mengindahkan nasehat-nasehat tadi maka keadaan inilah yang menyeret Ali ke jurang pertentangan dengan Bani Umayah yang langsung terkena tindakan Ali tersebut.muawiyah Bin Abi Shufyan pemimpin bani Umayah menghimpun kekuatan dan membulatkan tekat melancarkan pemberontakan terhadap Ali. Sementara itu pada waktu yang hampir bersamaan muncul pergerakan dan tantangan dari Aisyah. Melihat dua tantangan ini, Ali yang semula telah siap menghadapi mu’awiyah maka kini perhatiannya ditujukan menghadapi tantanggan Aisyah. Akhrnya terjadilah pertempuran antara Ali dengan Aisyah yang terkenal dengan perang jamal atau unta
Banyak sebab-sebab terjadinya perang perang Jamal ini salah satunya yaitu Abdullah Ibnu Zubair sangat berambisi untuk mem=nduduki kursi khalifah. Karena itu, ia terus menghasut Aisyah untuk ikut dalam peperangan melawan Ali. Abdullah Ibnu Zubair telah diangkat menjadi anak angakat oleh Aisyah dan Aisyahpun terperalat olehnya. Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat Aisyah mengurungkan niatnya untuk memerangi Khalifah Ali salah satunya peringatan Allah dalam Firmannya dalam surat Al Ahzab ayat 33 yang berbunyi “ tetaplah kamu dirumahmu” dan Aisyahpun ingat tentang maksud ayat tersebut. Tetapi ternyata dorongan dari Abdullah Ibnu Zubair yang rupanya lebih kuat, maka Ia tetap bersi keras untuk melawan Khalifah Ali. Banyak yang menggabungkan diri kepada Aisyah seperti Talhah, Zubair, dan Marwan Ibnu Hakam dari Bani Umayah. Ini menyebabkan penduduk Basrah menjadi dua, ada yang menyongkong dan ada yang menentang. Pertama-tama Ali berupaya agar Aisyah dan pengikutnya untuk mengurungkan niatnya. Ketika akan berhasil tiba-tiba pengikutnya yaitu Abdullah Ibnu Saba’ secara licik memainkan tipu dayanya. Akibatnya, pecahlah peperangan Jamal. Perang ini berkecamuk dengan sengitnya sehingga Zubai melarikan diri. Dia dikejar dan dibunuh oleh orang yang benci kepadanya. Dan begitu pula Talhah terbunuh. Akhirnya unta yang ditunggangi oleh Aisyah mati terbunuh dan berhentilah peperangan ini dan perang ini dimenangkan oleh Ali. Tetapi Ali tidak mengusik usik Aisyah dan malah membantu dan menghormati Ummul Mu’minin tersebut. Perang jamal adalah perang yang pertamakali yang dilakukan oleh dua laskar kaum Muslimin.
Setelah perang jamal selesai Ali dan pengikutnya pergi ke Syam untuk menghadapi Muawiyah yang tidak setuju dan mentang Ali menjadiKhalifah. Disini kita bisa melihat perbedaan persiapan perang. Lakar Alipun banyak yang gugur dalam peperangan, sehingga kekuatan Ali untuk menundukkan Muawiyah melemah. Selain itu kebanyakan tntara Ali tiak mempunyai hubungan batin yang akrab kepada Ali. Inilah yang menyebabkan tentara Ali kurang adanya persatuan dan esatuan sehingga mudah kacau dan retak serta kurangg patuh terhadap komando pimpinan.
Berbeda dengan Ali, Muawiyah mempunyai hubungan batin yang kuat dengan tentaranya. Kekuasaan mu’awiyah yang tertanam sejak zaman khalifah Umar Ibnul Khattab sudah berurat dan berakar di Syam. Dan kekuasaan Mu’awiyahpun sudah sangat luas. Pada kekuasaan Mu’awiyah, penduduk syam merasakan lebih makmur dari pemerintahan sebelumnya dan sudah sejak lama, Mu’awiyah dapat membentuk tentara yang berdisiplin di Syam. Baju Gamis Usman yang berlumuran darahpun di bentangkan Mu’awiyah di mimbar masjid dan beberapa anak jari istri Usman yang telah terpotong-potong. Ini menyebabkan penduduk Syam semakin membenci kepada Ali. Dalam situasi panas ini, sebenarnya Ali berkali-kali mengirim surat kepada Mu’awiyah agar Mu’awiyah mau bekerja sama dan memba’iat Ali sebagai Khalifah dan bersatu dengan dia. Tetapi mu’awiyah menolak, ia tidak mau melepaskan kekuasaannya kepada Ali.
Dan akhirnya berkecamuklah perang antara Laskar Ali dengan Mu’awiyah yang dinamakan perang Shiffin didekat sungai Furat. Ali dengan keberaniannya dapat membakar semangat tentaranya,sehingga ketika kemenangan sudah didapatkannya tiba-tiba Amru Bin Ash memekik kepada tentaranya “ Barang siapa yang membawa Al’qur’an supaya diangkat dengan ujung tombaknya keatas”. Itu yang membuat tentara Ali menghentikan peperangan. Ali menyeru untuk meneruskan perjuangan kepada tentaranya, tetapi tentaranya tidak diperhatikan dan dilaksanakan. Alipun dengan terpaksa menghentikan peperangan. Ahli-ahli sejarah mempelajari sejarah hidup Ali di bidang kemiliteran bahwa setiap pertempuran Ali selalu menang. Menang terhadap perang Jamal, Shiffin, dan beberapa perang dengan Khawarij. Tetapi dalam diplomasi, beliau tak dapan mengelakkan tipu daya. Menurut saya, ini karena Ali tidak mau membelakangi akhirat untuk mengaharapkan suatu hal yang duniawi. Dan juga Ali tidak mempunyai kewibawaan penuh terhadap pengikut-pengikutnya. Mereka tidak dapat disatukannya. Hal ini bukan hanya kesalahan Ali, tetapi keadaanlah dan suasana yang menyebabkan deikian.
Akhirnya kedua golongan bersepakat bahwa masing-masing memilih seorang hakim. Kedua hakim berkumpul dan berunding mebahas sebab musabab perselisihan, sehingga didapat didapat satu jalan untuk menyeleaikannya. Orang Syam memilih Amr Ibnul Ash dengan bulat. Tetapi dalam golongan Ali terjadi pertikaian pendapat. Suara terbanyak memilih Abu Musa al Asy’ari. Ali tiada mengingini Abu Musa al Asy’ari ini, tetapi terpaksa menerima, karena dia dipilih oleh suara tebanyak. Kedua hakim iniberkumpul pada bulan Ramadhan tahun 34 H. Sesungguhnya tak terdapat keseimbangan dalam pertahkiman ini. Amr Ibnul Ash terkenal licin diseluruh tanah Arab. Dia unggul dalam mempergnakan siasat dan tipu muslihat, tetapi Abu Musa adalah seorang yang baik hati, lurus dan serba mudah.Nasib yang diterima Amr amat erat pertaliannya sengan nasib Mu’awiyah, akan tetapi tidak demikian dengan Abu Musa. Nasib Abu Musa tidak ada sangkut pautnya dengan nasib Ali. Sebab itu oleh Amr dengan serba daya dipergunakannya siasat dan tipu muslihat. Akhirnya Abu Musa mengajukan gagasan untuk memberhentikan Ali dan Mu’awiyah. Kemudian menyerahkan kepada kaum muslimin untuk mencari peggantinya dan memangku jabatan Khalifah. Untuk melaksanakannya maka Amru memasang Tipu muslihat. Abu Musa yang usianya lebih tua diberi kehormatan untuk berbicara terlebih dahuludan akhirnya menyatakan pemberhentian Ali dan Mu’awyah sebagai khalifah. Dan akhirnya Amru mengumumkan bahwa dia menetapkan dan mengangkat Mu’awiyah. Diantara mereka, ada yang menerima dan ada juga yang menolak. Akhirnya penetapan Mu’awiyahpun telah disahkan.
Peristiwa tahkim telah menguntungkan Mu’awiyah, tetapi keuntungan itu bukan hanya diumumkannya pemberhentian Ali dan penetapan Mu’awiyah, melainkan karena peristiwa tehkim tersebut telah menimbulkan perpecahan pada Kelompok pendukung Ali.
Kelompok yang memisahkan dari kelompok Ali itu dinamakan kaum Khawarij. Mereka memisahkan diri dari kelompok Ali dengan Alasan Khalifah Ali menerima Tahkim3, padahal kebanyakan mereka tadinya memaksa Ali supaya menerima tahkim. Kaum Khawarij bukannya tidak mengakui bahwa tadinya mereka mendesak Ali untuk menerima Tahkim, Tetapi mereka masih menyalahkan Ali dan mengatakan “ kami telah salah, tetapi mengapa engkau ikut perkataan kami, padahal engkau tau kami salah. Sebagai khalifah seharusnya mempunyai pandangan yang jauh melebihi pandangan kamii, dan pendapat yang lebih tepat dari pendapat kami”. Kaum kahawarij bukan hanya meninggalkan Ali, tetapi juga melakukan penganiayaan, pembunuhan, dan pelanggaran-pelanggaran di Irak. Awalnya Ali berusaha mengembalikan mereka kepada kebenaran dengan banyak jalan, tetapi tidak berhasil. Akhirnya Ali mengambil keputusan untuk memerangi mereka. Walaupun diperangi, namun mereka tidak dapat dihancurkan sama sekali. Karena jika kelompok tersebut dihancurkan maka akan timbuk kelompok lain yang sama dilain tempat dan waktu yang sama pula.
Berbeda dengan Mu’awiyah. Keadaan Mu’awiyah di Syam stabil. Maka sahabat yang mempunyai peran besar sepertiSa’ad ibnu Abi Waqqash, dan Abdullah ibnu Umar mualilah berdatangan kesana dan menggabungkan diri dengan Mu’awiyah. Tak hanya itu, Mu’awiyah telah berhasil menggabungkan Mesir kedalam wilayah kekuasaannya dengan cara taktik, kelincahan, dan kehalusan siasat muslihatnya. Gubernur pada waktu itu adalah Qais ibnu As’ad Anshari ini adalah Gubernur yang diangkat oleh Khalifah Ali bin Abu Thalib karena dia seorang yang berdisiplin.
Mu’awiyyah dalam siasatnya mengumumkan dengan berbisik bahwa Qais telah menjadi pengikutnya dan mendukungnya secara diam-diam. Ali yang tadinya percaya kepada Qais akhirnya tertipu dan ragu akan Qais. Ini juga disebabkan karena di Mesir banyak pengikut Usman, dan Qais berbaik kepada mereka,dan merekapun juga berbaik kepada Qais. Oleh karena itu Ali memecat Qais dan menggantikannya dengan Muhammad Ibnu Abi Bakar. Tetapi Muhammad ibnu Abu Bakar tidak sebijaksana Qais dalam menjalankan pemerintahan. Ini yang membuat rakyat Mesir yang pengikut Usman tidak menyukainya dan membuat Muhammad ibnu Abu Bakar terlibat kancah perang dengan pengikut-pengikut usman.
Dengan begitu Mu’awiyah menggunakan kesempatan ini untuk mengirimkan bala tentaranya ke Mesir di bawah kepemimpinan Amr Ibnul Ash. Dan juga ikut Mu’awiyah ibnu Khudaij, yaitu musuh besar Muhammad ibnu Abu Bakar. Sesampai di Mesir, laskar Amr menggabungkan denggan musuh-musuh Muhammad ibnu Abi Baka. Laskar Amrpun menang dan Muhammad ibnu Abi Bakar terbunuh. Dengan begitu kekuasaan Ali semakin lama semakin bertambah dan sebaliknya, kekuasaan Mu’awiyahpun semakin lama semakin bertambah baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar